KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya tim penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dan melaksanakan terapi bermain tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Keperawatan khususnya Departemen Keperawatan
Anak, Program Studi Ners Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
Proposal terapi bermain
Ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih
kepada Bapak dan Ibu:
1.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2.
Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Prodi Fakultas Studi Ners Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
4.
Ns.
Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep. J selaku Kordinator Profesi Ners Universitas
Sari Mutiara Indonesia
5.
Dr.
Purnamawati, MARS selaku Direktur
SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik Kota
Medan
6.
DR.
Dr. Yusirwan , SpB, SpBA (K), MARS selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Kota Medan
7.
Ns. Rut Diana, S.Kep, Selaku Kepala
Ruangan Instalasi Rindu B4 Anak RSUP H. Adam Malik Medan.
8.
Ns. Hasidah, S.Kep, Selaku Clinikal
Instruktur Ruangan Rindu B4 Anak RSUP H. Adam Malik Medan.
9.
Ns.Bunga Theresia Purba, S.Kep, M.Kep selaku Kordinator Stase Keperawatan Anak.
10. Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS, Selaku Preseptor Akademik
Stase Keperawatan Anak yang telah memberikan
bimbingan berupa saran dan kritik pada penulisan asuhan
keperawatan pada an. S.
11. Seluruh staf dosen/ pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia
yang telah banyak memberikan dukungan dalam penulisan proposal
ini.
12.
Rekan-Rekan
Kelompok 3 dari Universitas
Sari Mutiara IndonesiaYang Telah Memberikan Dukungan Dan Partisipasinya Selama penyelesaian
askep pada an. S.
Penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
penulisan proposal terapi bermain pada anak ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
LatarBelakang................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... ....... 3
1.3. Tujuan
Laporan Kasus...................................................................................... 3
1.4 . Manfaat Laporan
Kasus .......................................................................... ....... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
1. Pengertian Leukemia............................................................................... 6
2. Anatomi Fisiologis.................................................................................. 6
3. Etiologi ................................................................................................ 10
4. Klasifikasi ............................................................................................ 11
5. Insiden................................................................................................. 12
6. Manifestasi Klinik................................................................................. 13
7. Patofisiologi.......................................................................................... 13
8. Komplikasi .................................................................................... ..... 14
9. Pemeriksaan
Diagnostik ................................................................. ..... 15
10. Penatalaksaan
Medis ...................................................................... ..... 16
B.
LandasanTeoritisKeperawatan............................................................... 18
1. Pengkajian...........................................................................................
18
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 19
3. Intervensi Keperawatan........................................................................ 21
4. Implementasi .................................................................................. ..... 31
5. Evaluasi
......................................................................................... ..... 31
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 32
A. Pengkajian............................................................................................. 32
B. DiagnosaKeperawatan........................................................................... 43
C. Intervensi ........................................................................................ ..... 44
D. Implementasi
dan Evaluasi ............................................................... ..... 48
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 51
BAB V KESIMPULAN............................................................................... ..... 54
DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Leukemia limfositik
akut atau biasa disebut LLA merupakan bentuk umum kanker pada anak-anak dibawah
usia 15 tahun dengan mayoritas tertinggi pada anak usia 2-5 tahun. Jenis
penyakit kanker dare sel darah putiih ini akan tumbuh cepat agresif serta
membutuhkan perawatan segera (Howlader,
2012). Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh
adanya akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand,
Pettit & Moss, 2005). Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh
darah yang paling umum ditemukan pada anak (Hockenberry, Wilson, 2009).
Leukemia yang terjadipada umumnya leukemia akut, yaitu Acute Limfoblastic
Leukemia(ALL) dan Acute Mieloblastic Leukemia(AML). Lebihkurang80% leukemia
akut pada anak adalah ALL dan sisanya sebagian besar AML Alpres, ann (2006)
Data dari National Cancer Institute (2013) menyatakan total
insiden kejadian kanker per 100. 000 penduduk adalah leukemia (12,8%), limfoma,
(19,7%) dan myeloma (5,9%). Data tersebut telah mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2012, yaitu leukemia naik 0,3%; lymphoma dan myeloma naik
0,1%. Angka kejadian kanker di Amerika Serikat Setiap tahun mengalami
peningkatan sekitar 35-40 kasus persatu juta penduduk. Kasus LLA di Amerika
pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 36 kasus (ward et all, 2014). Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2010 , menyatakan di Indonesia kanker menjadi penyebab kematian
nomor tiga dan kasus leukemia mencapai 10,4% (Depkes, RI 2011).
Data dari RISKESDAS (2013) prevalensi kejadian kanker wilayah Jawa
Tengah sebesar 2,1 %, Yayasan Onkologi Anak Indonesia (2012) menyatakan
sebanyak 30% sampai dengan 40% dari insiden kanker pada anak merupakan
penderita leukemia atau kanker darah yaitu anak yang telah terdiagnosis
penyakit leukemia limfoblasti akut (LLA) membutuhkan proses pengobatan yang
lama (minimal 2 tahun), rutin, dan teratur serta berisiko untuk relaps. Orang
tua yang memiliki anak dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) akan mengalami
perubahan hidup dan penyesuaian diri dalam merawat anak saat pengobatan. Studi
yang dilakukan oleh Permono (2012)
menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anak dengan LLA menimbulkan
permasalahan yang besar bagi orang tua, karena ancaman hidup anak ada didepan
mata. Penanangan secara suportif dan kuratif merupakan terapi yang diperlukan
pada pasien dengan kanker, salah satunya adalah kemoterapi.
Kemoterapi adalah salah
satu terapi pengobatan kanker yang menjadi pilihan pertama bagi pasien. Menurut Frost (2002) bahwa
kemoterapi dapat membunuh sel
kanker sebesar 50%. Terapi pengobatan
kemoterapi pada penyakit kanker menggunakan obat-obat kimia disetiap tahapan (induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan) (Smeltzer, et al.,
2008). Kemoterapi pada
pasien kanker membutuhkan waktu lama, berulang, menimbulkan ketidaknyamanan anak, serta menimbulkan efek
samping berupa muntah, kebotakan, stomatitis, konstipasi, diare, neuropati,
fatigue dan nyeri (Imbach et al, 2006). Pemantauan respon anak terhadap efek samping
kemoterapi perlu diperhatikan dan
dipahami oleh orang tua selama merawat anak LLA di rumah.
Perawatan di rumah
merupakan perawatan lanjutan terpenting bagi anak yang menjalani kemoterapi, sehingga perlu
disampaikan ke orang tua 3 cara
penanganan yang tepat (McMillan, et
al., 2001). Orang tua atau
keluarga memiliki peran penting dalam merawat anak yang sakit ketika di rumah. Family Centered Care (FCC) atau perawatan berpusat pada keluarga merupakan prinsip penting dalam asuhan
keperawatan khususnya pada anak. Perawatan
berpusat pada keluarga merupakan perawatan yang melibatkan keluarga
dalam melakukan tindakan keperawatan
(Wong, 2009). Orang tua dengan
anak LLA perlu dilibatkan dan dioptimalkan perannya dalam masa pengobatan.
Penelitian Holm, et al (2003) tentang studi kualitatif
tentang keterlibatan orang tua dengan
family centerd care pada anak dengan kanker, menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam
pengobatan anak dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kebutuhan anak
akan terpenuhi. Pemberdayaan keluarga
dalam menjalankan perawatan yang berpusat pada keluarga dapat berjalan optimal
apabila keluarga mengetahui cara perawatan anak di rumah sakit atau di rumah. Kebutuhan
keluarga yang diperlukan untuk
mengoptimalkan perawatan anak sakit adalah edukasi.
Edukasi merupakan salah
satu aspek penting dari peran perawat sebagai edukator selama memberikan asuhan
keperawatan pada anak. Edukasi sebagai intervensi keperawatan mandiri dapat
direncanakan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam perawatan anak.
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada keluarga terhadap risiko infeksi yang
timbul selama perawatan diwujudkan sebagai penanggulangan kanker terpadu pada
anak dengan LLA (Kemenkes RI,
2014). Sehingga pengetahuan akan
penyakit dan keterlibatan orang tua diharapakan dapat meningkatkan 4 pemahaman
dan keyakinan diri orang tua dalam
merawat anak yang sakit, khususnya pada
anak dengan LLA.
Edukasi yang diberikan
kepada orang tua dengan anak LLA akan lebih
efektif jika diberikan dengan menggunakan pendekatan teori pembelajaran. Teori ini menjelaskan tentang proses
pembelajaran dan motivasi peserta didik. Faktor person merupakan salah satu
faktor dalam teori pembelajaran yang
dipengaruhi oleh pengalaman penguasaan tindakan, pengalaman permodelan,
persuasi verbal, dan kondisi fisik-emosional. Edukasi yang dilakukan dengan
pendekatan terhadap sumber-sumber tersebut diharapakan dapat meningkatkan efikasi diri, khususnya pada orang tua
sehingga dapat merawat anak dengan baik.
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya,
sehingga dapat menjalankan tugas atau tindakan
untuk mencapai hasil tertentu (Bandura, 2004).
Bardasarkandata yang diperoleh dari Rekam medik RSUP H. Adam
Malik Medan Terdapat data Leukemia Akut pada anak sebesar 478 kasus yaitu 188
kasus pada tahun 2015 dan 206 kasus pada
tahun 2016 dan selama tahun 2017 ini terdapat 84 kasus. Dari data diatas
sehingga kelompok ingin mengangkat kasus leukemia dimana kasus leukemia
merupakan salah satu penyakit tertinggi
yang terjadi pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada An. S dengan
gangguan sistem hematologi: Leukimia
Limfoblastik Akut di ruang 3.0 RB 4 Anak RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Laporan Kasus
1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman
yang nyata kepada kelompok untuk mengetahui cara perawatan dan penanganan pada
pasien anak dengan masalah Leukimia Limfoblastik Akut dengan benar.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan
khusus dari karya tulis ilmiah ini adalah penulis dapat:
a.
Melakukan pengkajian pada klien An. S dengan masalah Leukimi Limfoblastik Akut.
b.
Menegakkan perumusan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien An. S dengan
Leukimia Limfoblastik Akut.
c.
Menyusun intervensi keperawatan pada klien An. S dengan Leukimia Limfoblastik
Akut.
d.Melakukan
implementasi keperawatan pada An. S
dengan Leukimia Limfoblastik Akut.
e. Melakukan
evaluasi pada An. S dengan Leukimia Limfoblastik Akut.
1.4. Manfaat Laporan Kasus
1.4.1. Bagi
Kelompok
Menambah wawasan ilmu
pengetahuan dalam mengkaji permasalahan tentang
Leukimia Limfoblastik Akut serta memberikan asuhan keperawatan pada An.
S dengan Leukimia Limfoblastik Akut.
1.4.2. Bagi pasien dan keluarga.
Memberikan support
sosial kepada pasien, keluarga memahami tentang
penyakit serta perawatan pada keluarga yang mengalami Leukimia Limfoblastik Akut.
1.4.3. Bagi Institusi Akademik
Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan atau
acuan untuk penelitian lebih lanjut serta peningkatan mutu pendidikan di masa
yang akan datang.
1.4.4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan wacana
untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan pada pasien anak dengan masalah
Leukimia Limfoblastik Akut, agar derajat kesehatan pasien meningkat.
1.4.5. Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami
tentang penatalaksanaan dan perawatan klien anak dengan
masalah leukimia
limfoblastik akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP
LEUKEMIA
1.
PENGERTIAN
Leukemia adalah neoplasma akut atau
kronis dari sel-sel pembentukan dalam sumsum tulang dan linfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau
akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi di hati,limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis,seperti meninges, traktur gastrointestinal, ginjal dan kulit.
Akut
Leukimia limpositik akut adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa poliferasi patologis sel hemopeotik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi
ke jaringan tubuh lainnya.(Arif Mansjoer, 2000: 495)
2. ANATOMI
FISIOLOGIS
Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa
terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4
sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak sama
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh darah.
Fungsi darah
terdiri atas:
a.
Sebagai alat pengangkut
b.
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan
bibit penyakit dan racun yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit,
anti bodi / zat-zat anti racuN
c.
Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Bagian-bagian
darah:
a.
Air : 91%
b.
Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan
fibrinogen)
c.
MineraL : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat,
Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam
Amino)
Darah
terdiri dari 2 bagian yaitu:
a.
Sel darah ada 3 macam yaitu:
1)
Eritrosit (sel darah merah)
2)
Leukosit (sel darah putih)
3)
Trombosit (sel pembeku darah)
b.
Plasma darah
1)
Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak
mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat
bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta).
Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat yang
disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung O2 (Price, 2002).
Fungsinya
mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru. Jumlah
eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel
darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya hal ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama
penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri
terganggu (Price, 2002)..
2)
Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan
dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah
mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak
berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000
(Price, 2002).
Fungsinya:
a)
Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan
memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System
Retikulo Endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe
(Price, 2002).
b)
Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut /
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa uterus ke pembuluh darah.
Hal
ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan
bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3
disebut leukotosis dan kurang 5.000 / mm3 leukopenia (Price, 2002).
Macam-macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang
terdiri dari:
a. Limfosit
Macam
leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada
yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula
dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan fungsinya membunuh dan memakan
bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh (Price, 2002).
b.
Monosit
Terbanyak
dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya
sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah
mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit abu-abu, mempunyai
bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya
lembayung muda (Price, 2002).
2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a.
Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit,
mempunyai inti sel yang berangkai kadang-kadang seperti terpisahpisah,
protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya 60 – 70%
b.
Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama
dengan netrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya
kira-kira 2 – 4%
c.
Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil
tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat
granula-granula besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak
diketahui.
d.
Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil
yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang
lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000
mm3(Price, 2002).
Fungsinya
memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari
normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
pendarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut
trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Terjadinya
pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai
bekerja apabila tubuh medapat luka (Price, 2002).
Hemoglobin
ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal
ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100
persen.
Plasma
darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu
terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.
Zat-zat
yang terdapat dalam plasma darah:
a.
Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa
pembekuan darah.
b.
Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium,
natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotil
c.
Protein darah (albumin, globulin)
meninggalkan viskositosis darah dan juga menimbukan tekanan osmotic untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d.
Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan
vitamin)
e.
Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar
tubuh
f.
Anti bodi / anti toksin (Drs. Syaifuddin, B.
Ac, 1992: 70)
3. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui
akan tetapi terdapat factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia
yaitu :
a.
Neoplasia
Ada
persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang tidak
terkendali, abnormalitas morfologis sel dan infiltrasi organ. Lebih dari itu
kelainan sum-sum kronis lain dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut,
misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia aplastik (Elizabeth,
1996).
b.
Infeksi
Leukemia
pada tikus dan unggas dapat ditransnamsi oleh filtrate bebas sel. Partikel
virus dapat ditunjukkan dengan mikroskop elektron. Pada manusia terdapat bukti
kuat untuk etiologi baik pada satu jenis leukemia / limfoma sel T dan pada
limfoma burkit (Elizabeth, 1996).
c.
Radasi
Radiasi ionisasi: lingkungan kerja,
pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
Radiasi
khususnya sum-sum tulang bersifat leukomogenik. Terdapat insiden leukemia
tinggi pada orang yang tetap hidup. Setelah bom atom di Jepang, pada pasien
ankylosing pandylitis yang telah menerima penyinaran sporal dan pada anak-anak
yang ibunya menerima sinar x abdomen selama hamil.
d.
Keturunan
Factor genetic : virus tertentu
menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T-cell leukemia –lymphoma
virus/HTLV)).
Ada
laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada kembar identik
ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit kerediter, khususnya sindroma
down (dimana leukemia terjadi dengan peningkatan frekuensi 20 – 30 kali lipat)
anemia panca sindroma down dan ataksia – talangiektasia (Elizabeth, 1996).
e.
Zat kimia
Terpapar zat-zat kimiawi seperti
benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
Terkena
bensin kronis yang dapat menyebabkan displasma sum-sum tulang dan perubahan
kromosom, merupakan penyebab leukemia yang tidak biasa.
f.
Perubahan kromosom
Kelainan kromosom: Sindrom Bloom’s,
trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s,
Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia (A. V. Hoffbrand
MA Fracp FRC Path, 1979: 127)
g.
Obat-obat
imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
h.
Factor
herediter misalnya pada kembar monozigot
4. KLASIFIKASI
a.
Leukemia
Miogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik
yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid: monosit, granulosit,
eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena,
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
b.
Leukemia
Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem
keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk
akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di
bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa,limpa membesar.
c.
Leukemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi
ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang
terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
d.
Leukemia
Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan
mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak
menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain (Elizabeth, 1996).
5. INSIDEN
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.. ANLL (Acute Non-Lymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan (Elizabeth, 1996).
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.. ANLL (Acute Non-Lymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan (Elizabeth, 1996).
6. MANIFESTASI
KLINIK
Manifestasi klinik yang sering
dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut (Smeltzer, 2001):
a.
Aktivitas
; kelelahan,kelemahan, malaise, kelelahan otot.
b.
Sirkulasi:
palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat
c.
Eliminsi
: diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan
haluaran urin.
d.
Integritas
ego: perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang, ansietas.
e.
Makanan/cairan:
anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan disfagia.
f.
Neurosensori:
penurunan koordinasi, disorientasi, pusing, kesemutan, parestesia, aktivitas kejang,
otot mudah terangsang.
g.
Nyeri:
nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah.
h.
Pernafasan:
nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi
nafas.
i.
Keamanan:
gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi,
kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
j.
Seksualitas:
perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.
7. PATOFISIOLOGI
Normalnya tulang marrow diganti
dengan tumor yang maligna, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast,
produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan
tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf
pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan
berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian
(Smeltzer,2001).
8. KOMPLIKASI
Penyakit
leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu (Price, 2002):
a. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan
sel-sel darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari
kedaan anemia tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan
jumlah sel darah merah.
b. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam
darah (trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
c. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang
atau sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit
abnormal yang berkembang pesat.
d. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa
pasien dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika
tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis)
dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.
f. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga
terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
g. Kematian.
9. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a.
Hitung
darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3
saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
Biasanya menunjukkan normositik, anemia normositik.
b.
Hemoglobulin:
dapat kurang dari 10 gr/100ml.
c.
Retikulosit
: jumlah biasaya rendah.
d.
Trombosit
: sangat rendah (< 50000/mm).
e.
Pungsi
lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
f.
Foto
toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
g.
Aspirasi
sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
h.
Pemindaian
tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
i.
Pemindaian
ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
j.
Jumlah
trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan
10. PENATALAKSANAAN MEDIS
a)
Program
terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan
untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1)
Memperbaiki
keadaan umum dengan tindakan:
a)
Tranfusi
sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka
diperlukan transfusi trombosit.
b)
Pemberian antibiotik profilaksis untuk
mencegah infeksi.
2)
Pengobatan
spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi
sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan
masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
a)
Induksi
untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud
untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
b)
Intensifikasi,
yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak
diri lagi.
c)
Mencegah
penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
d)
Terapi
rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
3) Pengobatan imunologik
a)
Bertujuan
untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
4) Iradiasi cranial
5) Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi:
I.
Fase
induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa
ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison),
vincristin (antineoplastik), dan L-asparaginase (menurunkan kadar asparagin;
asam amino untuk pertumbuhan tumor). Fase induksi dinyatakan behasil jika
tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan
jumlah sel muda kurang dari 5% (Price, 2002).
II.
Fase
profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi
methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melalui intrathecal untuk mencegah
invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat (Price, 2002).
III.
Fase
konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan
dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi (Price, 2002).
B. KONSEP DASAR ASKEP
1. PENGKAJIAN
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki
dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada
orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien
biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah,
sesak, nafas cepat.
2) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan
leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas
cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji
adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya
hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri
( Lawrence, 2003).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya
faktor herediter misal kembar monozigot.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan
dirumah sakit.
5) Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan
keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat
membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik
dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya
keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi
yang sederhana.
6) Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan
leukemia :
Ø Anemi normokrom normositer
Ø Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
Ø Sitogenik : kelainan pada kromosom
12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
Ø Hb
: 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Ø Trombosit
: 100.000 (150.000-400.000/mm3)
Ø SDP : 60.000/cm (50.000)
Ø PT/PTT : memanjang
Ø Copper serum : meningkat
Ø Zink serum : menurun
7) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada
klien dengan leukemia :
Ø
Transfusi bila perlu
Ø
Klorambusil
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1)
Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
3)
Resiko
terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4)
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5)
Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6)
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7)
Nyeri
yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8)
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9)
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10) Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia (Simon, 2003).
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Anak
Nama : An. S
Anak ke : II (Dua)
Umur : 1 tahun 11 bulan
Tanggal Masuk RS : 13
Maret 2017
Tanggal Pengkajian : 28
Maret 2017
Diagnosa Medis : Leukimia
Akut
2.
Identitas
Orang Tua
Nama Ayah : Tn. M
Umur : Tahun
Pekerjaan : Tukang Becak
Pendidikan Terakhir : SD
Suku/Bangsa : Batak
Alamat : Jln. Aek kanopan no 12 Sidikalang
3.
Kedudukan
Anak Dalam Keluarga Dan Kedudukan Anak Sekarang
Kehamilan
|
Abortus
|
Lahir Mati
|
Lahir Hidup
|
Jenis Kelamin
|
Keadaan Sekarang
|
||
Sakit
|
Mati
|
Sebab Mati
|
|||||
I
|
-
|
-
|
ü
|
L
|
-
|
-
|
-
|
II
|
-
|
-
|
ü
|
L
|
ü
|
-
|
-
|
4.
Alasan
Dirawat
a. Keluhan
Utama :
Perut besar,susah BAB, demam tinggi
b. Penyebab :
Trombosit turun dan harus transfusi darah
c. .Keluhan utama saat pengkajian : BB
turun dari 11,8 kg menjadi 8 kg
5.
Riwayat
Masa Lampau
a. Penyakit
yang pernah diderita : sakit perut,diare,dan
demam
b. Alergi : tidak ada alergi makanan
c. Kecelakaan : -
d. Imunisasi :Lengkap
e. Tindakan
yang dilakukan :-
f. Pernah
dirawat :Pasien baru pertama
kali di rawat
1)
Prenatal Care
a.
Ibu memeriksakan
kehamilannya setiap minggu di klinik aek kanopan
Keluhan
selama hamil yang dirasakan oleh ibu, pusing, mual, muntah, dan lemas saja, dan
oleh bidan dianjurkan mengkomsumsi. (Paracetamol, Dexanta, Vitamin B12, dan
Metoclopamide 3 x1 setelah makan.)
b.
Riwayat Terkena
Radiasi : tidak
pernah terkena radiasi
c.
Riwayat Berat
Badan Ibu Selama Hamil : 62 Kg
d.
Riwayat
Imunisasi TT : 2 x Imunisasi
TT (Tetanus Toxoid) diberikan pada usia
kehamilan Trisemester I setelah tes kehamilan positif dan 8 minggu setelah
pemberian pertama.
e.
Golongan darah
ibu : O Golongan Darah Ayah : O
2)
Natal
a. Tempat Melahirkan :
di Klinik Bidan Aek Kanopan
b. Jenis Persalinan :
Normal
c. Penolong Bersalin
: Bidan Delima
d. Komplikasi Yang dialami Ibu saat persalinan dan
setelah melahirkan : tidak ada
3)
Post Natal
a.
Kondisi Bayi : APGAR
No
|
Tgl
|
Karakteristik Penilaian
|
Menit 1
|
Menit 5
|
1.
|
12/05/2016
|
Warna kulit
|
2
|
2
|
2.
|
Denyut Jantung
|
2
|
2
|
|
3.
|
Refleks
|
1
|
2
|
|
4.
|
Tonus otot
|
1
|
2
|
|
5.
|
Pernafasan
|
2
|
2
|
|
Total
|
8
|
10
|
||
Kesimpulan: Bayi normal tidak mengalami
asfiksia.
|
b. Anak pada
saat lahit tidak mengalami : Asfiksia,
Untuk Semua Usia :
1)
Klien pernah
mengalami penyakit : Demam, flu, dan diare pada umur 6 bulan dan diberikan obat
oleh bidan setempat,
2) Riwayat kecelakaan : tidak pernah mengalami kecelakaan
3)
Riwayat
mengkomsumsi obat obatan yang berbahay tanpa anjuran dokter dan menggunakan
zat/subtansi kimia yang berbahaya: tidak
pernah mengkomsumsi obat obatan tanpa anjuran dari petugas kesehatan.
4)
Perkembangan
anak dibandingkan saudara saudarnya : anak berkembang sama seperti saudaranya
namun bedanya anak hanya lebih sering terkena demam pada saat masih dibawah 1
tahun, riwayat kejang tidak ada.
.........
: Tinggal
Serumah
5) Riwayat Imunisasi lengkap
No
|
Jenis Imunisasi
|
Frekuensi
|
Dosis Pemberian
|
Reaksi Setelah Pemberian
|
Frekuensi
|
Waktu Pemberian Usia Ke
|
|
1
|
HB0
|
1x
|
0,5 cc
|
Rewel, Badan
hangat
|
± 2 hari
|
< 1 Bulan , 3 hari
|
|
2
|
BCG
|
1x
|
0,05ml + 4ml
NaCl 0,9%
|
Demam,
Berbekas di lengan seperti ulkus
|
± 2 hari,
Bekas luka tidak hilang
|
1 Bulan 2 Minggu
|
|
3
|
DPT (I, II,
III)
|
1x
|
0,5ml
|
Demam, Bengkak
pada bagian suntikan, rewel dan terlihat kelelahan
|
± 2 hari
|
1 Bulan 3 Minggu
|
|
4
|
Polio ( I, II,
III, IV)
|
1x
|
2 tetes
1cc/2cc
|
Demam,
Berbekas pada daerah suntikan
|
± 1 Hari
|
2, 3,4 dan 5 Bulan
|
|
5
|
Campak
|
1x
|
0,5 ml
|
Demam
|
± 3 hari
|
10 Bulan
|
|
6
|
Hepatitis
|
1x
|
0,5 ml
|
Sakit dan
bengkat di daerah penyuntikan
|
± 2 hari
|
6 Bulan
|
6) Riwayat Tumbuh Kembang
a)
Pertumbuhan
Fisik
i.
Berat Badan : 8
Kg
ii.
Tinggi Badan: 82
Cm
iii.
Waktu Tumbuh
Gigi : 8 Bulan tumbuh gigi, awalnya gigi seri tengah, gigi seri taring, gigi taring,
gigi geraham I dan gigi geraham II. Jumlah gigi saat ini 18 Buah gigi.
b)
Perkembangan Tiap Tahap
i. Mengangkat kepala : 3 Bulan 90o
ii. Berguling : 5 Bulan
iii. Duduk : 6 Bulan
iv. Merangkak : 7 Bulan
v. Berdiri :
9 Bulan
vi. Berjalan :
11 Bulan
vii. Senyum Pertama Sekali Kepada orang lain: 1 Bulan
viii. Bicara pertama sekali :
8 Bulan tahu menyebutkan mama.
ix. Berpakaian tanpa Bantuan :-
7) Riwayat
Nutrisi
a) Pemberian ASI
Klien minum hanya minum ASI hingga Usia 6 Bulan dan bulan ke 7 sudah
mendapatkan susu tambahan.
b) Pemberian Susu Formula
i. Alasan Pemberian : orangtua mengatakan bahwa anaknya masih rewel
meskipun sudah diberikan ASI.
ii. Jumlah Pemberian :
50cc/Permberian
iii. Cara Pemberian :
diberikan melalui dodot
USIA
|
Jenis Nutrisi
|
Lama Pemberian
|
0-6 Bulan
|
ASI
|
6 Bulan
|
6-12 Bulan
|
ASI, Vit A, Vit D, Vit B1,
Vit B2,
|
6 Bulan
|
12 -15 Bulan
|
ASI, Vit A, Vit D, Vit B1,
Vit B2, Asam Folat, Zink, Natrium
|
3 Bulan
|
15-18 Bulan
|
ASI, Vit A, Vit D, Vit B1,
Vit B2, Vit B3, Asam Folat, Zink,
Natrium, Cemilan Ringan
|
3 Bulan
|
18-23 Bulan
|
ASI, Vit A, Vit D, Vit B1,
Vit B2, Vit B3 Asam Folat, Zink,
Natrium, Cemilan Ringan
|
5 Bulan
|
Ket :
Kebutuhan Nutrisi Harian Anak Usia 1-3 Tahun (1000
Kal)
Nutrisi
|
Kebutuhan/Hari
|
Setara
Dengan
|
Vit A
|
400 ug
|
Wortel (50 Gram)
|
Vit D
|
200IU
|
Susu (470 Ml atau 2 Cangkir)
|
Vit K
|
15 ug
|
2 Tangkai Asparagus (20 Gram)
|
Vit B1
(Thiamin) |
0,5 mg
|
Kentang Rebus (150 Gram)
|
Vit B2
(Riboflavi) |
05 mg
|
Telur Rebus (55 Gram)
|
Vit B3
(Niacin) |
6 mg
|
Dada Ayam (50 Gram)
|
Vit B6
(Piridoksin) |
0,5 ug
|
Filet Salmon (90 Gram)
|
Vit B12
|
0,9 ug
|
1 Butir Telur Rebus
|
Asam Folat
|
150 ug
|
3 Kuntum Brokoli (35 Gram)
|
Kalsium
|
500 mg
|
Susu (290 Ml)
|
Magnesium
|
60 mg
|
1 Mangkok Buah Labu (245 Gram)
|
Zat Besi
|
8 mg
|
Daging Sapi (170 Gram)
|
Zink
|
7 mg
|
Kacang tanah (100 Gram)
|
Selenium
|
17 ug
|
Tuna (20 Gram)
|
Natrium
|
0,8 g
|
Garam (½
Sendok teh )
|
6.
Riwayat Sosial
a. Yang
mengasuh : Orang
tua
b. Hubungan
dengan Keluarga : Baik
c. Hubungan
dengan ayah : Baik
d. Hubungan
dengan ibu : Baik
e. Tingkah
laku anak di RS : Tenang, kooperatif saat di ajak berkomunikasi oleh perawat
f. Lingkungan
Rumah : Lokasi tempat
tinggal berada di pinggir jalan yang rentan akan debu dan polusi
7.
Riwayat
Kesehatan Orang Tua
1. Orang
tua : Orang tua tidak memiliki penyakit keturunan
2. Saudara
Kandung : Saat
lahir saudara kandung tidak ada yang lahir dengan BBLR dan kecacatan
3. Penyakit
Keturunan : -
4. Anggota
keluarga yang meninggal : tidak
ada
8.
Pola
Kebiasaan Sehari-hari
Kebutuhan Dasar
No
|
Jenis
Kebutuhan
|
Sebelum
masuk RS
|
Setelah masuk
RS
|
1
|
Nutrisi
a. makanan yang disukai
b. makanan yang tidak disukai
c. makanan
pantangan
d. nafsu
makan
e. porsi
makan yang dihabiskan
f. alat
makan yang dipakai
|
-3 x sehari
Sate
Sayur
Udang
Baik
1 porsi
Piring, sendok
|
- Puasa
|
2
|
Minuman
a. Jumlah
minuman dalam sehari
b. Minuman
kesukaan
c. hal-hal yang menghambat dalam pemenuhan
cairan
|
8 gelas/ hari
Es/ minuman
dingin
-
|
Puasa
|
2
|
Pola
Tidur
a. Tidur
siang Jam
b. Tidur
malam jam
c. Kebiasaan
tidur
|
1
jam
7 jam
Tidak
ada
|
4 jam
6 jam
Tidak
ada
|
3
|
Kebersihan
Diri
a. Mandi
ü Mandi
ü Peralatan
mandi yang dipakai
b. Rambut
ü Cuci
rambut
ü Pakai
shampoo
c. Mengganti
pakaian
|
Pagi
Sabun,
shampo
Ya
Ya
Ya
|
Dilap
dgn air hangat
Sabun
Tidak
Tidak
Ya
|
4
|
Eliminasi
a. BAB
ü Frekuensi
ü Warna
ü Konsistensi
ü bau
b. BAK
ü Frekuensi
ü Warna
ü Bau
|
1x/hari
Kuning
Lembek
Khas
5x/hari
Jernih
Khas
|
1x/hari
Kuning
Lembek
Khas
|
5
|
Pola
aktivitas bermain
|
3 jam
|
Tidak
ada
|
7
|
Pengetahuan
Orang tua tentang kesehatan
|
Tidak
mengetahui penyakit yang dialami anaknya
|
Mengetahui penyakit yang dialami anaknya
|
Pemeriksaan
penunjang :
HASIL
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
No. Lab / MR : 1703300082/703344
Pasien : Sebaztian Apriliano Napitupulu
J. Kelamin :
Laki-laki
Tgl Lahir/Umur :
09-04-2015/ 1 tahun 12 bulan 21 hari
JENIS
PEMERIKSAAN
|
SATUAN
|
HASIL
|
RUJUKAN
|
HEMATOLOGI
|
|
|
|
Hemoglobin (HGB)
|
g/dl
|
9
|
10.8-15.6
|
Eritrosit (RBC)
|
Juta/pl
|
3.51
|
4.50-6.50
|
Leukosit (WBC)
|
/pl
|
4000
|
4.500-13.500
|
Hematrokit
|
%
|
33
|
33-45
|
Trombosit (PLT)
|
/pl
|
18.000
|
161.000-521.000
|
MCV
|
Fl
|
93
|
69-93
|
MCH
|
Pg
|
28.2
|
22-34
|
MCHC
|
g/dl
|
30.4
|
32-36
|
RDW
|
%
|
18.1
|
11.5-14.5
|
MPV
|
Fl
|
10.3
|
6.5-9.5
|
PCT
|
%
|
0.280
|
0.100-0.500
|
PDW
|
%
|
10.8
|
10.0-18.0
|
HITUNG
JENIS
|
|
|
|
·
Neutofil
|
%
|
25.00
|
25.00-60.00
|
·
Limfosit
|
%
|
8.00
|
25.00-40.00
|
·
Monosit
|
%
|
7.40
|
2.00-8.00
|
·
Eusinofil
|
%
|
2.80
|
1.00-3.00
|
·
Basofil
|
%
|
0.00
|
1.00-5.00
|
·
Neutrofil Absolut
|
10 %/pl
|
5.45
|
2.7-6.5
|
·
Limfosit Absolut
|
10
%/pl
|
8.00
|
1.5-3.7
|
·
Monosit Absolut
|
10
%/pl
|
0.65
|
0.2-0.4
|
·
Eosinofil Absolut
|
10
%/pl
|
0.25
|
0-0.01
|
·
Basofil Absolut
|
10
%/pl
|
0.06
|
0-0.1
|
NRBC
|
%
|
0.0
|
|
Terapi yang diberikan :
- Ceftriaxcone 1 gr/12 jam
- Ambroxol 3x1/2 tab
- Paracetamol
3x1 tab
-
Aminofusine
9.
Pemeriksaan
Fisik
a.
Keadaan Umum : Lemah,pucat.
b.
TB/BB : 16 cm/8 Kg
c.
Kepala
1)
Bentuk : Menonjol, simetris
2)
Rambut : hitam
d.
Mata
1) Pupil : Isokhor
2) Sklera : Tidak ada ikterik
3) Konjungtiva : anemis
4) Refleks
Cahaya : Baik
e.
Hidung
1)
Polip : Tidak ada
2)
Perdarahan : Tidak ada
3)
Peradangan : Tidak
ada
f.
Mulut
1)
Mukosa gigi : Bersih
2)
Bau : Tidak ada
3)
Peradangan : ada
bintik putih dimukosa mulut
4)
Gigi : 28 buah
5)
Perdarahan : Tidak ada
6)
Kebersihan : Bersih
g.
Telinga
1) Serumen : Tidak ada
2) Cairan : Tidak ada
3) Peradangan : Tidak ada
h.
Jantung
1)
Bunyi Jantung : Tidak ada suara tambahan
2)
Irama Jantung : -
3)
Nyeri dada : -
i.
Paru-paru
1)
Bentuk paru : Simetris
2)
Bunyi nafas : Sonor
3)
Irama Pernafasan :
Ireguler
4)
RR : 30 x/i
j.
Abdomen
1)
Inspeksi : Simetris
2)
Palpasi : Lunak, tidak ada massa
3)
Perkusi : Timpani
4)
Auskultasi : peristaltik 26 x/mnt
k.
Genitalia : Bersih dan normal
l.
Kulit : Eritema (+), lesi (+)
Turgor Kulit : lembab
m.
Ekstremitas
1) Kekuatan :
Skala kekuatan otot : 5
2) Rentang
Gerak : bebas (mampu menggerakkan ke
semua arah)
3) Refleks
: Normal (fisiologis)
n.
Tanda- tanda
vital : TD : -
HR: 78x/i
RR:30x/i
T : 37 ºC
o.
Tingkat Kesadaran :
Composmentis
B.
ANALISA
DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS:
Keluarga pasien mengatakan anaknya tidak selera makan, mual dan muntah ketika
diberi makan.
DO:
Porsi yang disediakan hanya habis ¼ dari porsi yang disediakan, bibir kering,
lidah kotor. BB sebelum masuk RS 11,8 kg dan
sesudah masuk rumah sakit BB 8 kg, dan pasien
dipuasakan sudah 5 hari terakhir
|
Kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
2
|
DS
: Keluarga pasien mengatakan bahwa kulit anaknya terdapat bintik-bintik hitam
diseluruh tubuh, bintik-bintik hitam tersebut muncul semenjak pasien
menjalani kemoterapi.
DO:
terdapat lesi hitam diseluruh tubuh pasien, tekstur kulit pasien kasar dan
kering
|
Muncul
lesi pada kulit
|
Kerusakan
integritas kulit
|
3.
|
DS
: Keluarga pasien mengatakan bahwa mereka kurang mengerti tentang penyakit
yang diderita oleh anaknya dan mereka pernah membawa anaknya berobat
alternatif
DO:
keluarga pasien tampak sering bertanya kepada perawat dan dokter tentang
penyakit anaknya karna mereka hanya tamat SD
|
Penanganan
yang tidak tepat
|
Kurang
pengetahuan keluarga
|
4.
|
DS
: Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya mudah bersin dan batu ketika
terkena debu dan sering mengalami demam
DO: klien tampak lemah, pucat dan
kadang-kadang suhu tubuhnya meningkat lalu normal kembali.
TTV
: RR : 26 x/i, HR : 115 x/i, T : 39ºC
|
demam/hipertermi
|
Resiko
infeksi
|
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRIORITAS
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
- Kerusakan
integritas kulit
- Kurang
pengetahuan keluarga
- Resiko
infeksi
- INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa keperawatan
(NANDA)
|
Kriteria hasil (NOC)
|
Intervensi
Keperawatan (NIC)
|
Rasional
|
1.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Kriteria Hasil :
|
1. Dorong klien untuk tetap
rileks saat makan
2. Izinkan klien memakan semua
makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi
pada saat selera makan klien meningkat
3. Berikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
5. Dorong masukan nutrisi dengan
jumlah sedikit tapi sering
6. Dorong klien untuk makan diet
tinggi kalori kaya nutrient
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan
lipatan kulit trisep
|
1. Jelaskan bahwa hilangnya nafsu
makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2. Untuk mempertahankan nutrisi yang
optimal
3. Untuk memaksimalkan kualitas
intake nutrisi
4. Untuk mendorong agar klien mau
makan
5. Karena jumlah yang kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
6. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan
begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan
peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Membantu dalam mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari normal
|
2.
|
Kerusakan integritas
kulit
|
Kriteria Hasil :
-
Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
-
Tidak ada luka/lesi pada kulit
-
Perfusi jaringan baik
-
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
|
1. Berikan perawatan kulit yang
cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
2. Ubah posisi dengan sering
3. Mandikan dengan air hangat dan
sabun ringan
4. Kaji kulit yang kering terhadap
efek samping terapi kanker
5. Anjurkan pasien untuk tidak
menggaruk dan menepuk kulit yang kering
6. Dorong masukan kalori protein yang
adekuat
7. Anjurkan memilih pakaian yang
longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
|
|
3.
|
Kurang
pengetahuan
|
Kriteria Hasil :
-
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
-
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan secara benar
-
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
|
1. Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan
potofisiologi dari penyakit dan bagaimana ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi dengan cara tepat
3. Gambarkan
tentang tanda dan gejala yang biasa nya muncul
4. Jelaskan
cara mencegah menangani dan mengobati penyakit klien
5. Berikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya
6. Evaluasi
kembali tentang materi yang di sampaikan.
|
1. Untuk
menilai sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya
2. Agar
keluarga mengerti bagaimana proses terjadinya penyakit tersebut
3. Agar
keluarga mengerti tanda dan gejala apa saja yang sering muncul
4. Agar
keluarga mengerti cara mencegah, menangani dan cara mengobati penyakit
tersebut
5. Agar
keluarga mengemukakan apa yang masih kurang dimengerti
6. Untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga setelah diberikan pendidikan
kesehatan
|
4.
|
Resiko infeksi
|
Kriteria Hasil :
-
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
-
Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
-
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
-
Jumlah leukosit dalam batas normal
-
Menunjukkan perilaku hidup sehat
|
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
2. Tempatkan klien dalam ruangan
khusus
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf
rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat
untuk semua prosedur invasif
5. Evaluasi keadaan klien terhadap
tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi
mukosa, dan masalah gigi
6. Inspeksi membran mukosa mulut.
Bersihkan mulut dengan baik
7. Berikan periode istirahat tanpa
gangguan
8. Berikan diet lengkap nutrisi
sesuai usia
9. Berikan antibiotik sesuai
ketentuan
|
1. Untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
2. Untuk meminimalkan terpaparnya
klien dari sumber infeksi
3. Untuk meminimalkan pajanan pada
organisme infektif
4. Untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi
5. Untuk intervensi dini penanganan
infeksi
6. Rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organisme
7. Menambah energi untuk penyembuhan
dan regenerasi seluler
8. Untuk mendukung pertahanan alami
tubuh
9. Diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus
|
- IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Hari/tanggal
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Kamis, 30/03/2017
09.30 wib s/d 13.30 wib
Jum’at, 31/03/2017
15.30 wib s/d 19.00 wib
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan
|
1. Mendorong klien untuk tetap
rileks saat makan
2. Mengizinkan klien memakan
semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makan klien meningkat
3. Memberikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
4. Mengizinkan klien untuk terlibat
dalam persiapan dan pemilihan makanan
5. Mendorong masukan nutrisi dengan
jumlah sedikit tapi sering
6. Mendorong klien untuk makan diet
tinggi kalori kaya nutrient
7. Menimbang BB, ukur TB dan
ketebalan lipatan kulit trisep
|
S: Ibu
klien mengatakan anaknya sudah mulai menghabiskan makanannya
O: Klien
tampak menghabiskan porsi makannya, BB naik 8 kg dari sebelumnya yaitu 8 kg
menjadi 8,5 kg.
A :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
P
:
Intervensi dilanjutkan
|
Jum’at, 31/03/2017
09.30 wib s/d 13.30 wib
Sabtu, 01/04/2017
15.30 wib s/d 19.00 wib
Minggu, 02/04/2017
15.30 wib s/d 19.00 wib
|
Kerusakan integritas
kulit
|
1. Memberikan perawatan kulit yang
cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
2. Mengbah posisi dengan sering
3. Mandikan dengan air hangat dan
sabun ringan
4. Mengkaji kulit yang kering
terhadap efek samping terapi kanker
5. Menganjurkan pasien untuk tidak
menggaruk dan menepuk kulit yang kering
6. Mendorong masukan kalori protein
yang adekuat
7. Menganjurkan memilih pakaian yang
longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
|
S
: ibu
klien mengatakan bintik-bintik hitam pada badan anaknya sudah mulai mengering
dan berkurang
O
:
tubuh klien tampak lebih baik dari sebelumnya, lesi hitam pada tubuhnya mulai
mengering dan berkurang
A : Kerusakan integritas
kulit
P
:
Intervensi dilanjutkan
|
Sabtu, 01/04/2017
09.00 wib
|
Kurang pengetahuan
|
1. Memberikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Menjelaskan
potofisiologi dari penyakit dan bagaimana ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi dengan cara tepat
3. Menggambarkan
tentang tanda dan gejala yang biasa nya muncul
4. Menjelaskan
cara mencegah menangani dan mengobati penyakit klien
5. Memberikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya
6. Mengevaluasi
kembali tentang materi yang di sampaikan
|
S
: ibu klien mengatakan sudah mengerti
dengan penyakit anaknya, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, dan cara
mencegah komplikasi
O
:
ibu klien tampak sudah mengerti tentang penyakitnya, klien dapat menjelaskan
kembali materi yang telah disampaikan oleh perawat.
A:
Kurang Pengetahuan
P
:
Intervensi dilanjutkan
|
Sabtu, 01/04/2017
09.30 wib s/d 13.30 wib
Minggu, 02/04/2017
09.30 wib s/d 13.30 wib
Senin, 03/04/2017
09.30 wib s/d 13.30 wib
|
Resiko infeksi
|
1.
Memantau
suhu dengan teliti (TTV)
2.
Menempatkan
klien dalam ruangan khusus
3.
Anjurkan
semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
|
S
: ibu klien mengatakan kondisi anaknya
berangsur mulai membaik, anak sudah jarang demam, bersin dan flu.
O
:
suhu tubuh klien normal (T=36,7ºC), ibu klien sudah mengerti tentang PHBS, klien
dan ibu dapat mempraktekkan apa yang telah diajarkan perawat
A: Resiko
tinggi infeksi
P
:
Intervensi dilanjutkan
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada An. S
penulis akan membandingkan dengan landasan teoritis keperawatan yang telah
dijabarkan pada bab sebelumnya, pembahasan ini meliputi permasalahan, faktor
penghambat dan faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada saat
membahas asuhan keperawatan, penulis menemukan kesenjangan antara teoritis
keperawatan dengan tinjauan kasus. Oleh sebab itu penulis membahas setiap tahap
proses dari pengkajian sampai evaluasi.
1. Pengkajian
Pada pengkajian di dalam teoritis
keperawatan terdapat kesenjangan antara teoritis dengan kasus. Di dalam
pengkajian teoritis pola eliminasi terjadi diare, feses hitam sedangkan pada
kasus tidak ada ditemukan. Pada pengkajian teoritis terdapat nyeri abdomen,
nyeri tulang sendi sedangkan pada kasus tidak ada ditemukan. Dalam melakukan
tahap pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan karena data yang tersedia
lengkap dan orang tua pasien dapat diajak kerja sama.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang berdasarkan teori asuhan keperawatan meliputi:
1)
Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
3)
Resiko
terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4)
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5)
Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6)
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7)
Nyeri
yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8)
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9)
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10)
Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
(Simon, 2003).
Sedangkan
di lapangan hanya ditemukan 4 diagnosa saja yaitu:
1) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
2) Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
3) Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan orang tua klien
tidak tahu apa sebenarnya itu leukemia.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
Sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang ditemukan pada kasus, maka intervensi dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pasien. Pada diagnosa pertama, penulis berkolaborasi dengan tim medis seperti
pemberian injeksi dan obat sesuai dengan indikasi serta dilakukannya pemberian
transfusi darah sebanyak 85 cc dan adanya pemantauan transfusi darah. Ini
dilakukan karena ditakutkan aak alergi karena darah yang ditransfusi bukan
berasal dari keluarga karena keluarga kurang paham tentang prosedurnya.
Dalam diagnosa kedua ada penempatan
pasien di ruang isolasi serta adanya perlindungan dari sumber potensial
phatogen / infeksi juga membatasi sumber infeksi agar tidak komplikasi.
Diagnosa ketiga lebih
memprioritaskan ke masalah kebutuhan pasien dalam kebutuhan sehari-hari serta
mobilitas.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan
intervensi yang sudah dibuat dalam 24 jam selama 3 hari.
Implementasi lebih prioritas ke
dalam tahap pengembangan karena anak sudah lama dirawat di ruangan, sehingga
keluarga pun suah paham akan yang dilakukan sesuai rencana asuhan keperawatan.
Dalam implementasi tidak terlalu
banyak hambatan dan anak mudah diatur sehingga dalam implementasi hanya
terfokus dalam komunikasi serta tindakan tang terapeutik.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan pengkajian sampai
evaluasi dari hasil pemantauan langsung pada pasien tentang semua masalah yang
ditemukan masalah yang sudah teratasi yaitu :
1. Kurang
pengetahuan keluarga
2. Resiko infeksi
Masalah
yang belum teratasi yaitu :
1. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Gangguan
integritas kulit
Hal tersebut dikarenakan butuh proses
dalam penanganannya sehingga masalah tersebut dapat teratasi dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil kelompok dalam merencanakan tindakan
keperawatan pada Anak S dengan gangguan haematologi: Akut Leukemia Limfositik
di kamar III.0 RB4 Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2017,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain yaitu:
1.
Pada
tahap pengkajian ditemukannya data subjektif, anak, lemas, lemah sedangkan pada
data objektif ditemukan anak pucat, bibir pucat, conjungtiva pucat, tubuh
pasien tampak kurus.
2.
Diagnosa
keperawatan penulis temukan empat diagnosa keperawatan yang terdiri dari tiga masalah yang aktual sedangkan satu masalah resiko
tinggi yang akan terjadi.
3.
Pada
tahap perencanaan dilakukan berdasarkan proses masalah yang ditemukan pada
pasien yaitu: perubahan perfusi jaringan. Resiko terjadinya infeksi dan
gangguan pola aktivitas.
4.
Dalam
tahap pelaksanaan dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
sudah dirumuskan.
B.
Saran
Setelah mempelajari dan mengamati kasus pada Anak S, maka kelompok menyarankan:
1.
Diharapkan
kepada perawat supaya dapat bekerja dan melakukan segala tindakan keperawatan
yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien leukemia, perawat dituntut
kecakapannya dalam melakukan proses perawat dan pegobatannya.
2.
Dianjurkan
kepada pasien agar tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat.
3.
Diharapkan
kepada keluarga supaya ada kerja sama yang baik dalam melaksanakan perawatan
leukemia, setiap pasien yang mengalami penyakit leukemia.
DAFTAR
PUSTAKA
Abraham,
Rudolph, dkk. 2006.Buku Ajar Pediatric
Rudolph.Jakarta : EGC
Alpers,
Ann. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph, Edisi
20,. Jakarta : EGC.
A.V.
Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta 2005: 221, 295
Bandura, A. (2004). Health Promotion By Social Cognitive Means. Health Education And
Behavior, 31, 143-164
Brunner & Suddarth. Keperawatan
Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek,
Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC)
: Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Buku
saku NIC NOC.NANDA. (2005) Diagnosa Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Elizabeth
J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Honkenberry, M.J., & Wilson, D.
(2007). Nursing Care Of Infants And
Children, (8thed). St.Lois :Mosby Elsevier
Moorhead,
Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi:
Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson. (1994) Pathophysiology : Clinical
Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta. EGC.
Reeves,
Charlene J et al. (2001). Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.
Ed. I. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer
Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Tucker, Susan Martin et al. (1998). Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. (1998). Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.
Wiley,
John dan Sons Ltd. 2009. NANDA
International : 2009-2011. United Kingdom : Markono Print Media.